Kamis, 26 Januari 2012

KEABADIAN CINTANYA

Gumpalan darah yang telah membeku, tercecer di setiap sudut jalan. Jerit tangis iba terngiang dimana-mana.
***
Malam itu ku tekan bel rumahnya dengan maksud ingin mengajaknya dinner di sebuah resto ternama dalam rangka perayaan usia pacaran kami yang genap empat tahun. Malam ini aku terpaksa membatalkan janjiku dengan dua orang gadis molek hanya demi gdis bodoh seperti Anna. Anna kusebut bodoh gadis ini karena ia hanya melhat dunia selebar daun kelor. Ia sangat takluk padaku padahal aku tak sedikitpun bersungguh-sungguh mencintainya. Kupertahankan dia hanya untuk kujadikan pelarian, pelampiasan disaat aku butuh. Bila tidak, ia siap kupermalukan, dia siap kumainkan bagai sebuah boneka, oleh sebab itu aku sering menyebutnya dengan teman-temanku “Anna is my pretty doll.”
Nampaknya ia suka dengan segala perlakuanku terhadapnya, karena meskipun aku bermesraan dengan gadis lain dihadapannya, ia tetap saja tersenyum. Meskipun aku tak pernah menganggapnya sebagai pacarku di luar sana, ia tetap saja menggapku pacarnya.
***
Usai makan malam, aku mengajaknya ketempat yang belum pernah ia kunjungi tapi bagiku telah menjadi tempat membosankan untuk kencan. Entah apa yang mengusik, tiba-tiba kulihat sinar cinta yang begitu berbinar dari sepasang mata yang dulu tak pernah kuhiraukan. Di mata Anna kudapati suatu ketulusan cinta yang mengapa baru kini kurasakan kehadirannya padahal mungkin telah ada sejak lama.
 Tanpa sadar, seumur hidupku baru kali ini aku menggenggam tangan lembut Anna karena sebelumnya aku tak pernah mau menyentuhnya tapi aku tak punya alasan kenapa aku tak mau menyentuhnya. Dan kali ini aku merasa seperti ada aliran listrik mengalir di tubuhku langsung menyetrum hatiku dan membuatku sadar ternyata Anna baik untukku. Dan dialah yang akan ku persunting sebagai pacar seumur hidupku.
***
Dikamar kos ku, aku terbaring membayangkan wajah Anna. Wajah manis dan tubuh indahnya membuatku bangga saat jalan dengannya. Pernah suatu siang Anna mengajakku lunch, tapi sesampainya kami di sebuah Rumah Makan aku bertemu dengan Ocha, gadis yang baru kupacari sehari sebelum hari itu. Aku langsung pamit dengan Anna untuk ke toilet dan diam-diam aku menghampiri Ocha lalu mengajaknya ke sebuah hotel untuk beristirahat sejenak. Yah hanya aku dan Ocha
“Tok . . .tok . . .tok . . .!!! suara ketukan pintu menghancurkan terawanganku. Kubuka pintu ternyata Reva, gadis bertubuh seksi dan terbuka itu langsung memelukku dan berkata “Honey, I’m here for your night.” Inilah aku, pria bejat. Tapi bukan salahku, aku tak pernah mengundang gadis-gadis itu untuk menginap denganku tapi mereka sendiri yang datang. Maklum, kata orang ‘cewek metropolitan memang agresif’.
***
Dini hari, pukul 05.00 WITA. Ponselku berdering, Anna menelponku dan meminta bahkan memohon padaku agar aku menunaikan sholat shubuh dan aku tiba-tiba tergerak untuk mengambil air wudhu dan segera ku usir Reva yang kupandang sangat mengotori kamarku padahal aku sendiri sangat kotor. Kutunaikan sholat dengan penuh kekhusyuksn dan ini pertama kalinya aku sholat dengan khusyuk. Usai itu, aku merasa jiwaku tentram dan hatiku damai. Bergegas kukenakan pakaian terbaikku lalu kujemput Anna untuk kubawa kesebuah pantai yang tak jauh dari kota.
Disana, kuraih tangan Anna dan ku berucap “Anna, apakah kau sungguh-sungguh tulus mencintaiku, jika ya, katakanlah kau mau kupinang menjadi istriku,” ia langsung memelukku erat dan kulingkarkan cincin emas dijari manis kiri Anna yang baru kubeli saat tadi menuju rumah Anna, lalu kulihat semburat kebahagiaan yang teramat sangat besar dari wajah Anna.
Selepas itu kuantar Anna pulang dengan Yamaha roda duaku. Di perjalanan kutarik tangan Anna untuk memelukku. Tapi aku tak tau apa yang terjadi tiba-tiba saja ban motorku tergelincir namun Anna tetap berpegang erat padaku. Lalu hanya tubuhku yang tertimpa motor selebihnya aku tak sadar, yang ku tau aku telah keluar dari jasad seorang Ario. Ku lihat Anna masih mampu membuka kedua bola matanya dan Anna mendekati jasad Ario yang tak bernyawa lagi dan dengan jerih payah Anna mendekap jasadku sambil menciumi jidatku, dan ia pun menghembuskan nafas terakhirnya, dan kulihat ruhnya pun keluar dari jasadnya dan ku ajak terbang ke tempat peristirahatan terakhir kami.
***
Sungguh cintanya abadi, cintanya sampai ke penghujung hayat, bahkan ia rela ikut mati bersamaku. Tapi mengapa disaat aku baru akan membahagiakan Anna sepenuhnya, aku sudah dipanggil yang maha kuasa. Namun tak apa, karena aku sudah membawa Anna untuk ku bahagiakan di kehidupan yang abadi dengan keabadian cintanya.